World Through my Words

Friday, February 7, 2014

Supportive Husband

Assalamualaikum ^^

Seperti janji saya kemarin, hari ini mau melanjutkan tentang opini saya mengenai seputar pernikahan *buste serius bener bahasan gueee* LoL. But seriously, tema ini menggelitik saya banget!

Pernah gak sih terpikir saat karier di kantor sedang di puncak gemilang cahaya, atau bisnis lagi lancar-lancarnya trus harus mandeg karena kudu ngikut suami pindah? Misalnya saja nih, sudah jadi manager trus harus resign karena suami kerjanya gak satu kota. Secara ego: OGAH BANGET HIH! Tapi secara realita? ya resign juga, orang keadaannya gitu!

Banyak wanita merelakan jabatan di kantor, bisnis yang sedang menanjak naik dan berbagai karier prospektif lainnya demi mengikuti suami. Tapi...banyakkah suami yang bersedia resign, atau menghentikan bisnisnya, atau bahkan tinggal di rumah untuk istrinya yang kariernya lagi bagus dan bisnisnya lagi lancar?

Pertanyaan ini menggelitik saya. Jujur, saya pernah merasakan masa di mana bersama seseorang yang support 100% dengan karier saya. Dia juga punya karier namun gak harus ngantor. Karena itulah, dia berkata "Kamu silahkan mengejar karier, aku akan ikutin. Ntar aku kerja dari rumah sambil ngawasin anak-anak" HOW SWEET! Hihihi

Tapi sayang, saya dan tokoh di atas itu gak jodoh. Yaudah deh putus yakan. Padahal saya hampir bisa menjadi salah satu bukti bahwa gak harus selalu wanita yang 'ngalah' demi suami. Oke move on ke bahasan selanjutnya :D

Sekarang, saya berada pada posisi melepas pekerjaan kantor karena calon suami kerjanya di luar pulau. As working woman, i feel soooo...ya gimana sih biasanya kerja kantor terus kudu diem di rumah? Apalagi calon suami tiap berapa bulan gitu pindah kota. Makin gak memungkinkan buat saya kerja kantoran.

And life goes on, saya mencoba kreatif dengan bekerja dari rumah (masih seputar socmed dan writing) . Tapi keinginan hati untuk punya karier tetap gak bisa dihindari. Daripada perang batin terus, akhirnya saya menetapkan skala prioritas bahwa saya memprioritaskan menikah dan dekat sama suami -daripada pacaran melulu dan LDR an-

Dalam kasus ngalah mengalah ini, saya ingin objektif untuk tidak egois. Maksudnya, kalau dilihat secara prospek, karier calon suami akan jauh lebih bagus daripada saya. Jadi ya akhirnya saya yang mengalah. Nah tapi gimana kalo seandainya karier saya lebih bagus daripada dia?

Mungkin pertanyaan itu yang nyempil di otak beberapa wanita yang kariernya bagus. And guess what, tidak harus selalu memiliki karier lebih bagus dari suami kok untuk dapat dukungan dalam bentuk "oke kamu kejar mimpimu, aku support 100%!"

Ada banyak wanita yang dapat dukungan bahkan akhirnya ada si suami yang jadi orang paling penting di balik kesuksesannya. Contohnya saja Ligwina Hananto. Pemilik QM Financial ini pernah mengatakan bahwa saat sang suami resign dan memulai usaha, saat itulah mbak Wina juga memulai bisnisnya.

Karena suami mbak Wina sudah gak kerja kantoran, waktunya lebih fleksibel. Jadi saat mbak Wina ada keperluan ke luar kota, suami mbak Wina lah yang stay di rumah, mengawasi anak-anak. Begitu pula dengan Iim Fahima, CEO sebuah digital agency. Istri dari penyanyi Adhitia Sofyan ini kerap sangat sibuk di luar rumah. Adhit yang ingin fokus di dunia musik ini berbagi tugas dengan istri.

Kala mbak Iim sibuk, mas Adhit lah yang di rumah. Begitu pula sebaliknya. Masih ada banyak contoh lagi tentang supportive husband yang membuat saya kagum. Supportive di sini tidak hanya dalam bentuk dukungan moral, tapi juga aksi.

Bayangkan jika kita sibuk dengan urusan kantor, begitu pula suami. Suami 'hanya' mendukung secara kata-kata, tapi tak bisa membantu kita menghandle urusan rumah tangga. Akhirnya ya kita sendiri yang jungkir balik yakan :D

Menurut saya, memiliki supportive husband itu PENTING. Setiap wanita pasti memiliki mimpi, dan suami yang mau mengerti mimpi istrinya akan berusaha untuk membantu sang istri mewujudkannya.

Bentuk support yang saya dapatkan sekarang adalah, saat nanti saya sudah gak kerja kantor, suami memberikan keleluasaan untuk saya memiliki bisnis. Untungnya, pekerjaan suami itu fluktuatif. Kadang ada waktu di hari kerja yang gak banyak kerjaan, jadi bisa buruan pulang. Hal ini berharga banget karena dia bisa di rumah menggantikan saya jagain anak-anak saat saya mau pergi ngurusin kerjaan atau yang lain.

So? bila kamu adalah wanita yang punya sejuta mimpi, JANGAN MENIKAH sama pria yang tidak bisa mengerti dengan mimpi-mimpimu. Ntar sakit hati sendiri :D. Dan buat saya, bersama dengan supportive husband itu hukumnya WAJIB. Soalnya kalau bukan suami sendiri, siapa lagi yang bisa mendukung saya habis-habisan? ;)

Anyway, ini full opini saya ya (kecuali bagian cerita dari mbak Wina dan mbak Iim yang saya pernah baca di timeline FB mereka). Feel free to share your opinion ^^

0 komentar:

Post a Comment

© I'm Fireworks!, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena