Ingatanku masih merekam beberapa cerita yang mbah ceritakan padaku, namun aku tahu mbah pasti menyimpan cerita tentangku lebih utuh daripada ingatanku. Semua cerita bergulir, seiring dengan perhatian dan rasa sayang yang tak henti-hentinya mengalir.
Setiap aku pulang ke Nganjuk, Mbah terkadang bercerita tentang masa kecilku. 'Kamu dulu pas bayi cuma sebotol Aqua aja' 'Dulu kamu pernah jatuh dari kasur' 'Dulu kamu nangisin batang Jagung yang dibuang' 'Mbak gak nyangka kalo bayi sebotol Aqua bisa segede sekarang, pinter pula!'
Mungkin setelah itu Mbah berlalu, tapi tidak dengan aku. Bayi sebotol Aqua, betapa kecilnya aku, pun butuh perawatan yang lebih daripada yang lain. Dari kecil aku lahir dan tumbuh di Nganjuk, karena itulah kenapa setiap aku ke rumah Mbah, aku menyebutnya pulang ke rumah.
Because i feel comfy and really comeback home when i sleep in there. Mbah selalu menyambutku dengan sayur asem, ikan asin goreng dan sambel teri. Iya, itu makanan kesukaanku dan mbah tak pernah lupa memasaknya untukku. Mbah selalu menyambutku, menahanku untuk tak segera kembali ke Malang.
They never leave me, never. Aku masih ingat bahwa Mbah senang sekali kubawakan sesuatu dari Malang, walau harganya tak seberapa. Aku berusaha mengantarkan Mbah ke mana saja bila aku pulang ke sana, sama seperti dulu Mbah mengantarku ke manapun kakiku melangkah.
They're the best supporter in my life, dan aku bersyukur bahwa seperti apapun aku, Mbah tidak pernah berhenti menyayangiku. They love me from the first sight, and never change after 23 years. Thanks for loving me, selamat hari Ibu, Mbah Dok dan Mbah Nang. I love you more than my own self.
Sehat terus ya, biar bisa lihat aku punya Langit, Sarah :)
Psssttt, when i wrote this post, Mbah Dok called me by phone. Love is the best feeling in the world, no?
See you on wednesday :*
