World Through my Words

Sunday, February 17, 2013

About Being Private Course Teacher

Assalamualaikum :)

Yay Tita nge blog lagi! hehe :) . Setelah kemarin-kemarin Primadita membawa readers ke asyiknya #30harimenulissuratcinta , now i'll be share about KIDS! heuheu. Bukan ini bukan tentang parenting karena saya belum menikah dan punya anak. Saya mau cerita-cerita tentang pengalaman menjadi guru les privat anak elementary school. Tulisan ini bakalan ber-seri karena saya akan bahas satu persatu murid-murid les saya ^^.

Menjadi guru les tanpa punya background sebagai tenaga pendidik atau kuliah dijurusan pendidikan itu pengalaman yang seru sekali lho. Saya tidak punya basic ilmu mengajar sama sekali. Hanya bermodalkan niat dan profesional aja karena emang butuh uang tambahan :D. 2011 saya mulai menjadi guru les privat bagi Rafi Rendrahadi, murid les privat pertama saya. Guru les privat berbeda dengan guru dikelas atau guru di bimbel. Kenapa? karena hubungan emosional antara murid les-guru les lebih erat.

Guru les privat datang ke rumah murid, menghabiskan satu setengah jam bersama murid, just two of us. Berbeda dengan guru dikelas yang mengajar didepan kelas atau guru bimbel yang satu kelas berisi 10 anak, guru les privat benar-benar person to person. Karena datang kerumah murid, guru les privat mengetahui bagaimana kehidupan sehari-hari murid, bagaimana kondisi keluarganya, bagaimana mood si murid dan lain sebagainya. Hal-hal inilah yang bikin guru les privat kadang susah ngelepas muridnya, udah terlanjur sayang sih ^^v.

Disini saya bercerita share pengalaman yah, bukan as expert karena saya juga bukan calon guru heuheu. Di post pertama ini, saya mau cerita tentang psikologis anak kecil dan gimana cara menghadapinya. Case nya pada Rafi Rendrahadi. Kenapa Rafi Rendrahadi? kenapa bukan murid yang lain?. Simply, because from all my student, Rafi very unique and make me learn so hard to handle him ;). Rafi bandel? enggak! trus? here we go...

Rafi Rendrahadi, bungsu dari dua bersaudara. Papa-mama nya kerja. Rafi ini tinggal sama keluarga+neneknya (biasa dipanggil Mami). I can say, Rafi ini dari keluarga yang established finansialnya jadi Rafi kemana-mana diantar sopir dan punya nanny. Papa-Mama Rafi bekerja dan satu setengah tahun terakhir, mama nya magister di UI Jakarta. Papa nya Rafi as a doctor in Pare Hospital, Kediri. So...Rafi ini seringnya di rumah sama Mami aja karena biasanya papa-mama nya full dirumah itu weekend.

Rafi ini anaknya cerdas, CERDAS BANGET. Rafi suuuka sekali sama otomotif dan gadget things, also plane because he want to be a pilot. Also he love to play drum and football. How amazing kids, eh? ;). He have eveything in his house because...he never play outside. Ya, Rafi tidak pernah bermain diluar rumah seperti anak-anak lainnya. Pulang sekolah, Rafi ya main dirumah, sendirian. Sore les sama saya, malam nonton teve kabel trus tidur.

Pertama saya datang untuk ngelesi Rafi, my first judge is : anak ini cute dan kind sekali ^^. Satu minggu kemudian? ketauan deh aslinya hahahhah :D. Ya, tidak perlu waktu lama untuk mengetahui bagaimana anak-anak yang sesungguhnya karena mereka kan ga kenal #pencitraan :D. Ternyata....

Rafi itu suka banget usil. Ya kotorin baju saya, ya males nulis, dan agak bossy. Mungkin karena Rafi biasa dilayani sama ART dan nanny yah, jadinya sama guru les juga begitu. Trus maunya maiiiin aja. Susah duduk manis. Satu dua bulan saya bisa sabar. Abis itu? suka pening gimana yah ngadepin Rafi biar bisa 'dipegang'?. Udah gitu kalau mood nya lagi kacau, suka marah-marah dan ujung-ujungnya PR nya ga kesentuh sama sekali T.T

But time teach everything. Berjalannya waktu, saya mulai belajar. Belajar untuk memahami kenapa dia seperti itu? gimana nge handle nya? dan lain sebagainya. Yes, finally i found the pattern and solution :). Saya belajar untuk memahami psikologis Rafi, memahami apa yang dia rasakan dan dia inginkan. Pelan-pelan, saya bisa mengerti dan menghadapi Rafi :D.

Rafi sekolah dari pagi sampe siang jam 1 an. Kadang dia capek jadi ketika saya datang, dia badmood. Solusinya? ya saya tidak memaksa. Saya biarkan dia bermain, entah making something or whatever. Kalau perlu saya temani bermain. Mentok 30menit moodnya pasti udah bagus. Tinggal pelan-pelan diajakkin ngerjain PR. Nah ada satu fakta lagi tentang psikologis anak-anak. Just like us, mereka kalau sudah bisa terhadap satu topik pelajaran, males buat belajar itu lagi dan ujung-ujungnya males ngerjain PR. Ngakalinnya? ya Rafi yang mendikte jawaban, saya yang menulis heheheh. Karena Rafi mungkin juga sudah capek menulis di sekolah ya.

Makin besar, Rafi mengerti kalau ada satu bahasan yang dia tidak paham, dia butuh belajar. 6 bulan ini, Rafi sendiri lho yang selalu minta sama saya untuk belajar sesuatu kalau dia tidak paham. Minta dibikinkan soal lalu tanya jawabnya sambil...bermain. Entah lempar bola, entah bikin pesawat kertas dan lain sebagainya.

Anak-anak biasanya kalau ada orangtuanya jadi malas belajar sama guru les. And it happen to Rafi. Karena ortunya cuma dirumah pas weekend, Rafi suka ngambek kalau harus les. Ya saya maklum sih karena weekdays kan ortunya ga dirumah :). Ngatasinnya? membiarkan dia setiap 10 menit nyamperin mama nya di kamar and let him cuddling w/ his parents for a minute. Lucu ya? hehhehe ya gitu. Ngelesin anak-anak harus benar-benar tahu gimana mood nya, psikologisnya biar enak. Anak-anak tidak sama dengan anak SMP atau SMU yang setiap les bisa duduk manis dan fokus. Yakinlah selama satu setengah jam ngelesi anak SD, waktu maksimalnya hanya satu jam. Sisanya? mereka main, mereka telling something, etc. Ssssst, anak-anak suuukaaa banget bercerita lho ^^ and they will be very happy if we hear them, we appreciate dan syukur-syukur nyambung sama bahasan mereka :).

Rafi case make me learn many thing about kids. The point is, sama anak-anak itu emang kudu sabar. Sabar bukan berarti ngebiarin mereka loh ya. Justru kalau kita bisa telaten, murid les akhirnya nurut sama kita. Saya suka nasehatin rafi kalau dia kumat usil sama ART nya. "Dek Rafi gaboleh gitu sama buk tun, dosa lho" trus dia diem :)) dulu? dicuekin aja saya ngomong gitu. Lama-lama karena Rafi menganggap saya bukan orang lain jadinya mau nurut :).

Sudah 2 tahun lebih saya ngelesi Rafi. Sekarang rafi sudah mau nurut, mendengarkan bila diberi tahu dan satu lagi, mau inisiatif minta belajar apa yang dia gabisa :D. DUA TAHUN DAN BARU BISA 'MENAKLUKKAN ANAK KECIL?'. Well, it's hard i tell you ;). Yakin deh, ada banyaaak sekali pelajaran berharga dari menjadi guru les privat. Mulai dari melatih kesabaran, belajar handle anak-anak (well, jadi orangtua itu ga ada sekolahnya lho dan jadi guru les kita dapet 'sekolah gratis' tentang mendidik dan mengajar anak-anak), memahami psikologis anak-anak sampai what we can do and better don't for them ;).

Waaaa panjang juga blogpost saya hahahaha. Okey, mari sudahi #sharingstory hari ini. Next post mau cerita tentang jadi guru les nya Khansa Rafi. Ya, all of my student name is RAFI. Tunggu aja abis ini Rafi Ahmad jadi murid saya :P. Anything to share? drop ur comment! ;).

Cheers
Tita

0 komentar:

Post a Comment

© I'm Fireworks!, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena