Untuk sosok Ibu muda yang hingga kini menjadi inspirasi dan semangat seluruh wanita di Indonesia.
Selamat pagi, Ibu. Hari ini, 21 April 2014 kembali ramai dengan anak-anak memakai baju daerah, berpawai di jalan raya. Mereka mengenalnya dengan sebutan 'Hari Kartini'. Di kantor-kantor memakai kebaya, njawani seperti baju yang ibu kenakan di foto-foto yang beredar luas sejak dulu.
Namun bagi saya, Ibu lebih dari sekadar penulis ratusan surat yang dibukukan menjadi sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Ibu lebih dari penggagas sekolah untuk wanita, seluruh wanita baik kaya miskin ningrat atau bukan. Ibu adalah seorang wanita tangguh, bahkan jauh sebelum kemerdekaan berpendapat dan kemerdekaan bersikap hadir di tanah air tercinta.
Ibu menikmati masa kanak-kanak dengan ceria, sebagai anak Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ibu tumbuh sebagai putri yang manis, baik hati, dan peduli. Namun Ibu tidak pernah menyangka bahwa di usia yang masih muda, 24 tahun ibu dinikahkan. Ibu dijodohkan, dan saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada saya.
Apakah Ibu putus asa? Apakah Ibu meratapi nasib? Tidak. Ibu memilih untuk mendedikasikan pemikiran dan kecerdasan Ibu untuk wanita-wanita yang kurang beruntung tidak bisa sekolah. Ibu membuka sebuah sekolah kecil, yang menjadi cikal bakal kekebasan wanita untuk mendapatkan hak pendidikan sama seperti laki-laki dan bangsawan.
Ibu tidak bisa lama bersekolah karena dipingit. Ibu tidak stres, Ibu tidak membantah. Tapi Ibu meneruskan mencari ilmu dengan berkorespondensi dengan teman-teman di Belanda, membaca koran, buku dan majalah. Ibu tahu bahwa ilmu tidak akan habis dicari, Ibu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar.
Ketika Ibu mewujudkan mimpi Ibu untuk berbagi ilmu, di situlah titik terang untuk wanita Indonesia hadir. Walau tidak lama, Ibu membuka mata tentang pentingnya pendidikan bagi siapapun. Agar kami, wanita, tidak bodoh. Agar bisa bekerja, bisa mendidik anak-anak lebih baik, dan bisa menjadi teman berpikir pasangan kami. Tidak hanya masak, macak, manak.
Hari ini, hampir 100 tahun setelah Ibu pergi dan nama Ibu selalu harum, diingat banyak orang. Terimakasih telah membuka gerbang hak wanita untuk bersekolah. Terimakasih memberikan semangat untuk tidak pernah menyerah. Rest in peace, now your dream came true, Ibu.
Dari seseorang yang meneladani semangatmu untuk selalu belajar dan pantang menyerah.
Terharu
ReplyDelete