World Through my Words

Saturday, October 1, 2016

Ketika Ada yang Menetes dari Pelupuk Matanya

Sosok dengan wajah sederhana dan baju tak terlalu banyak gaya itu, adalah perempuan yang kamu lihat dan membuatmu jatuh cinta. Pada senyum lepasnya, pada candaan renyah yang ia lontarkan, dan pada tatapan mata penuh ketulusan saat memandangmu. Ketika ada keputusan besar yang kamu ambil, yaitu menjadikan dia teman hidup, sesungguhnya perjalanan ke depanlah yang jauh lebih berat.

Ketika mulai muncul percik-percik permasalahan. Selisih paham dan mungkin saja, berakhir dengan pertengkaran. Baik kamu dan dia sama-sama di titik didih, kata demi kata tajam menghujam meninggalkan perih. Entah siapa yang salah, yang pasti hari itu berakhir dengan amarah.

Tapi tahukah kamu, saat ia mendengar suara keras dan bentakanmu, hatinya luruh dan jatuh ke dasar kesedihan terdalam. Pecah berkeping-keping, bersama dengan hancurnya sisa-sisa waktu di hari itu. Ia memilih diam, tak berani lagi beradu argumen denganmu. Karena ia tahu, api bertemu api hanya akan menghasilkan abu.

Saat kamu marah luar biasa dan mendiamkannya, ia memilih tak mengeluarkan sepatah kata. Mencoba menghindari menyiram minyak ke dalam kobaran api, berdoa semoga kamu segera tenang dan terkendali. Hari-hari berikutnya dilalui dengan seperti dua orang asing terjebak dalam satu rumah, tak bertegur sapa apalagi bercengkrama.

Perempuan yang kamu minta dari Ayahnya untuk kamu jaga dan bahagiakan selamanya itu, tetap bangun pagi seperti biasa. Menyiapkan sarapan dan menyiapkan bajumu, dalam diam sembari berharap hatimu sudah luluh dan mengajaknya bicara. Tapi ternyata tidak, tatapan matamu tetap seperti melihat musuh saat memandangnya.

Ia tahu bahwa mungkin dirinyalah penyebab semua kekacauan ini terjadi. Berusaha sekeras tenaga, memperbaiki semuanya. Tapi apa daya, hatimu terkadang sekeras batu. Segores kecil kesalahan yang dibuatnya, membuatmu jadi kaku tak bisa dikompromi lagi.

Jika sudah tak menemukan alasan untuk memaafkannya, maka ingat-ingatlah lagi apa yang membuatmu jatuh cinta kepadanya. Betapa indahnya saat hatimu berdegup kencang ketika menunggu jawaban iya darinya. Saat kamu merindukan untuk bertemu dan memeluknya saat jarak sedang memisahkan kalian berdua. Ketika kamu mendekapnya dalam tidur, dan merasa ia adalah tempatmu bersandar dan mencari ketenangan paling hakiki di dunia.

Saat ada buliran air mata menetes dari matanya, itu bukan berarti separuh hatimu adalah orang yang lemah. Namun ia takut kehilanganmu, dan takut menyakitimu lebih dari ini. Terisak dengan suara tertahan, perempuan cantik yang kamu belai rambutnya dan kecup keningnya itu tak bisa lagi membendung kesedihan. Dia bisa apa? Segala upaya telah dilakukan bukan?

Semua orang bisa membuat kesalahan, tapi tidak semua orang pantas dilepaskan hanya karena hal tersebut. Salah satunya, teman hidupmu. Selama ia masih berniat baik meneruskan perjalanan bersamamu, dan meminta maaf meskipun lirih, hargailah. Kamu boleh marah, tapi sekali lagi tolong tatap matanya.

Mata itu, yang menyimpan cinta tak terhitung banyaknya untukmu. Dua bola mata berwarna kecoklatan itu yang terjaga di malam hari saat kamu sakit dan tak bisa tidur karena menggigil. Indera penglihatan itu yang selalu menemukan di mana barang-barangmu berada, kala kamu kesulitan mencarinya. Dan mata itu, yang selalu bisa membuatmu menjadi lelaki paling beruntung di dunia.

Ketika ada yang menetes dari pelupuk matanya, hapuslah segera. Jangan biarkan wajahnya sembab dan hidupnya layu, karena bertengkar denganmu. Dia adalah perempuan yang menyerahkan hidupnya untuk kamu nahkodai, dan mengabdikan waktunya untuk membahagiakanmu.




Kalau berantem sama pasangan, jangan lama-lama ya...hidup ini terlalu indah jika untuk dihabiskan bersama amarah.

2 komentar:

  1. Ikut share ya, laki2 yang sudah menikah kebanyakan punya ego dan gengsi yang tinggi, walau salah, maunya menang sendiri dll. Kebanyakan istri udah sering mengalah demi anak dan selalu yang minta maaf. Kalau salah paham masih bisa ditoleransi ya, tapi kalau masalah pihak ketiga, udah salah malah makin menjadi. Itu namnaya melunjak. Istri juga punya hak untuk memberi tahu ke jalan yang benar, kalau tidak mau dengar ya berarti ego laki2nya yang menang. Ada kalanya selalu wanita yang mengalah terus, tapi tetap ada batas sampai dimana.

    ReplyDelete
  2. Ikut share ya, laki2 yang sudah menikah kebanyakan punya ego dan gengsi yang tinggi, walau salah, maunya menang sendiri dll. Kebanyakan istri udah sering mengalah demi anak dan selalu yang minta maaf. Kalau salah paham masih bisa ditoleransi ya, tapi kalau masalah pihak ketiga, udah salah malah makin menjadi. Itu namnaya melunjak. Istri juga punya hak untuk memberi tahu ke jalan yang benar, kalau tidak mau dengar ya berarti ego laki2nya yang menang. Ada kalanya selalu wanita yang mengalah terus, tapi tetap ada batas sampai dimana.

    ReplyDelete

© I'm Fireworks!, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena