World Through my Words

Tuesday, August 16, 2016

Sebuah Modal yang Tak Ternilai Harganya

Lama banget ga ngeblog, untung aja ga lupa sama password :D Howdy? Fine here, cuma kangen sama Gelato Nutella dan Lemonia aja :"( #lah #jadinyacurhat . Tahun ini sungguh penuh kejutan, dan syukurlah lebih banyak positive surprise. Alhamdulilah banget, Allah begitu baik sama UmmatNya yang bandel luar biasa ini.

Saya sering bilang kalau apa yang dicapai hari ini, adalah tumpukan pondasi yang dibangun dari ratusan bahkan ribuan hari ini sebelumnya. Bagaimanapun juga, Pokemon Go berawal dari abstrak 20 tahun lalu dan sekarang mendulang 10 juta download di seluruh dunia (kalo ga salah, kalo salah maapin ya karena manusia tempatnya salah). Setiap kali mencapai sesuatu, itu bukan hanya karena tetesan keringat saya sendiri, tapi ada banyak orang yang menjadi salah satu penyumbang ilmu dan mentoring saya.

Selama ini, saya bekerja bermodal pikiran, dan tentu saja jari jemari lentik untuk mengetik ditambah bibir berlipstick mauve untuk ngomelin orang kalo kerjaannya ga oke #maapintitayaAllah . Bisa dibilang, saya penganut Bob Sadino garis keras. Dua dengkul saya adalah modal, tapi versi saya direvisi jadi satu otak dua tangan boleh ndak? hehe.

Tidak hanya itu saja, pengalaman dan ilmu yang ada di dalam otak ini tidak muncul begitu saja. Ada kiprah banyak orang di dalamnya. Baik dalam bentuk referensi buku dan video, hingga bekerja secara langsung. Semuanya bahu-membahu mendidik saya yang nda paham kapan di harus dipisah dan disambung ini jadi mengerti banyak hal. Asal bukan cinta kita yang dipisah ya beb, prinses patah hati nanti :"(

Itulah mengapa judul post ini adalah modal yang tak ternilai harganya. Karena kebanyakan saya dapatkan dari bekerja pada orang lain, di mana justru saya yang dibayar. Atau dari seseorang yang ga pernah berhenti nyemangatin saya, tak lain tak bukan adalah Kanjeng Mommy dan Buapakku sebagai penyokong dana utama selama anak mbarepnya ini belum bisa nyari uang sendiri.

Mulanya, saya kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Dosen-Dosen di tempat saya menimba dan menempa ilmu ini membuka banyak jendela. Saya jadi tau apa itu komunikasi pemasaran, kemudian mengerti apa yang dikerjakan mbak-mbak cantik ber high heels dengan profesi Public Relation, mengenal proses liputan dan tayangnya suatu berita ternyata tidak segampang cocote seorang Motivator, edesbre edesbre. Saya jatuh cinta, pada jurusan saya sendiri.

Pada jurusan yang saya milih agak-agak capcipcup kembang kuncup, clueless iki aku meh sekolah opo toh komunikasi iki belajar opo? Tapi ternyata cocok banget buat saya. It's kind of blind date and end with super sweet closing. Kemudian kala itu, saya punya pacar yang supportif banget dan ngomporin saya buat magang di agency yang ada di Jakarta.

*uhuk* permisiiii bocah ndeso tekok Pacitan iki ngerti opo toh soal per ahensian? Tapi modal nekat dan Golden Ticket dari Mas Seseq yang saya kenal saat mengisi seminar di kampus saya magang ke Jakarta. Kagum di Narrada Communication laptop dan komputernya pake Apple semua, trus mbak-mbak mas-mas e stylish dan gaul abis. Saya belajar banyak, dan itu adalah salah satu modal besar saya, hingga hari ini.

Berlanjut setelah itu, saya kerja di sebuah media namanya Bisa Komputer. Di sana saya bekerja bareng beberapa orang, mostly dengan background IT. Di ahensi saya belajar mengenai pengelolaan social media dan bikin campaign, di Bisa Komputer saya belajar tentang media online. Mas Ihsan, Mas Tri, Himma, Haqqi dan Mustofa membawa saya ke next step. Belajar nulis artikel, memahami media online dan tentu saja, saya makin jatuh hati sama dunia digital.

Dikit-dikit, saya jadi ngerti IT dan design. Bisa lah pake sotosop dikit-dikit atau komplen kalo ada cache yang nyangkut #kibasinrambut. Trus sambil ngebut ngerjain skripsi yang nda selese-selese kek Uttaran, saya kerja full-time di KapanLagiNetwork, tepatnya content writer di www.vemale.com . Modyaro kowe Titasya, kapokmu kapan kowe kudu iso memisahkan di dengan tepat sasaran?

Channel Manager Vemale namanya Mbak Vindy, panggilannya Kapin. Sekarang pada kenal kan? Beliau jadi hits bener sejak terkenal jadi Make up Artist dan juga make up character yang aneh-aneh tapi keren. Bersama dengan Mba Atha, Mba Gigi dan Mba Wenny, mereka berempat ngajarin saya. Sabaar banget, sampai saya bisa nulis berita dengan gaya bahasa menyentuh dan kadang nangis baca tulisan sendiri #apeu . 

Modal saya nambah lagi, jadi bisa nulis news dan artikel bertema women things! Horeee, dan yang bikin merasa terhormat adalah, Mba Rita alias Mamarit yang merupakan Vice President KLN turun tangan langsung mengoreksi tulisan saya. Hidup jangan takut dikoreksi, karena harusnya bersyukur. Banyak yang mengingatkan dan membantu untuk jadi lebih baik.

Move on dari Vemale, saya pindah divisi di content brand. Masih tetap di bawah KLN, saya dimentorin sama Mbaboo, Mamarit dan Mba Ai. Tabungan ilmu dan pengetahuan di dalam otak meningkat pesat, bisa nulis artikel yang diselipi pesan-pesan sponsor sampai yang bertema lifestyle. Gue dooonggg tau beach club mana aja yang lagi hits di Bali, i'm no more bocah ndeso anymore! *ngomong ketinggian, kemudian ditabrak pesawat*

Skill nulis menanjak, hidup jadi lebih baik. Sudah sarjana, hidup udah kek ga ada beban shay. Etapiii abis itu sakit dan bedrest deng :p Paranoid nganggur karena selalu kerja since 2010, usai bedrest diajak join sama Kak Ihsan, untuk handle beberapa web. Ada 3 web awalnya, kemudian beranak pinak. Nah lho, sekarang ga cuma nulis tapi nge-lead. Titasya Anugraheni kudu kenal siapa itu Cherrybelle dan objek-objek wisata di Indonesia. Ditambah dengan aneka macam Google Trends, Google Analytic, Jetpack dan sebagainya, makin mumetlah ndase e Titasya. But it's okay, life is never flat rite?

Sudah sekitar 1 tahun lebih menekuni dunia yang sekarang, tapi beberapa bulan ini fokus ke sub traveling. Kembali handle client (salah satunya sebuah corporate di Jakarta), dan the biggest surprise is...saya diundang untuk bertemu dengan beberapa orang hebat di Jakarta. Mereka pemilik sebuah perusahaan besar, dengan bisnis yang sudah stabil. Kaget banget, darimana mereka tau saya dan Kak Ihsan? Ternyata mereka notice dari salah satu kerjaan kami (yang dirintis bersama team dan salah satu super talented content manager of the year, Mba Gigi). It's...pengen nangis sampai di sini. I'm just...gogrokan peyek, rumahnya di desa, ke mana-mana ngerembes.

Momen tersebut adalah salah satu tukikan tajam dalam grafik hidup saya. Saya 'dipaksa' untuk kembali take  a next step, bahkan mungkin langkah yang sangat-sangat besar. Nggak pernah menyangka, dan masih suka bengong sendiri kalo diinget-inget.

Kalau saya nggak kuliah di Komunikasi UB, Saya ga akan diajar sama Ibu Endang Mirasari, Ibu Desi dan Ibu Dyah Alvina yang udah ngajarin banyak hal seputar marcomn. Kalau saya nggak magang di Jakarta, saya ga akan tau dunia ahensi dari awal. Kalau saya ga kerja di Bisa Komputer, saya ga akan paham apa itu server dan front-end back-end. Kalau saya ga kerja di Vemale, sampai hari ini saya bakalan menggerutu kalo disuruh memisahkan di dan ke. Kalau saya nggak kerja di content brand, dunia saya ga akan seluas sekarang. Dan kalau saya nggak join sama Kak Ihsan untuk membangun banyak hal, mungkin saya...entahlah, gak terbayang.

Modal saya semua tersimpan di memori otak. Diolah setiap hari, dikembangkan dan dipupuk dengan ilmu-ilmu baru tiap harinya. Hingga beberapa hari yang lalu, saya beli majalah Markeeters. Di dalamnya adalah Mba Vindy dan Mas Seseq, memberikan sebuah pengetahuan yang bermanfaat. Saya harus bangga, saya dimentorin oleh banyak orang hebat. Mereka sudah meluangkan waktu dan bersusah payah ngajarin, dan itu harus dimaksimalkan.

Belajar itu kayak jalan, ga ada habisnya. Kalau capek, ya berhenti sebentar kemudian lanjut lagi. Kalau berhenti, nanti orang lain sudah sampai mana-mana trus kita di sini-sini aja. Trus nyalahin Jokowi kalo nasibnya jelek :"(

Saya tidak akan bisa membalas semua perbuatan baik semua mentor saya. Namun saya selalu mendoakan semoga beliau-beliau diberikan kelancaran hidup dan kebahagiaan setiap harinya. Terimakasih atas semua modalnya, batu bata penyusun pondasi karir saya. Dari hati yang terdalam, tanpa mas-mas mba-mba bapak-bapak ibu-ibu, saya bukan siapa-siapa...

0 komentar:

Post a Comment

© I'm Fireworks!, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena