Cerita ini adalah kelanjutan dari cerita yang satu ini.
Kaget gak sih kalau begitu kalian turun
tangga, tiba-tiba ‘dihadang’ oleh seseorang yang kemudian menyembah kalian?
Lidya Eonni pernah mengalaminya. Jadi
suatu waktu, Lidya Eonni bertemu dengan seorang biksu Buddha dan biksu tersebut
terpesona dengan Lidya Eonni. Katanya, penampilan Lidya Eonni dengan hijab dan
rok panjang bikin ia seperti dewi. Hihi.
Tapi, Lidya Eonni juga pernah merasakan
hal-hal yang tidak menyenangkan selama di Korea. Misalnya, karena ia sangat
menjaga agar selalu mengenakan hijab dimanapun (di Korea, goshiwon atau
kos-kosan, meski untuk perempuan, laki-laki boleh bebas masuk), rambutnya
pernah rusak. Salutnya nih, Lidya Eonni memotong rambutnya sendiri demi
menghindari fitnah (karena kalau di salon kan tentu akan dilihat laki-laki).
Ckckck. *menitikkan air mata*
Lebih lanjut diceritakan, ini yang mesti
jadi pelajaran banget buat kita sister. Menurut Lidya Eonni, suasana di Korea
cenderung membuat diri malas beribadah. Maklum ya, Korea merupakan negara tak
berTuhan. Yang dianggap Tuhan malah soju, yaitu minuman keras khas Korea. Hehe.
Tidak ada adzan, tidak ada teman yang
bisa mengingatkan, tempat maksiat dimana-mana, bahkan mencari makanan halal pun
susah. Dan yang paling menyedihkan, Lidya Eonni juga menyebutkan bahwa ada
teman-teman Indonesia yang awalnya berhijab, begitu kecantol pria Korea malah melepas
hijabnya dan ikut-ikutan budaya Korea :(
Pernah juga Lidya Eonni sholat di tempat
umum, eh malah diteriaki “orang gila” dan bahkan diusir oleh satpam setempat.
Sedemikian sulitnya menegakkan ibadah di negeri orang. Yang disini kita sholat
bebas-bebas aja, malah seringnya males. Hayooooo..
Di tengah kekhawatiran akan berkurangnya
iman, Lidya Eonni selalu mencari cara untuk mematuhi aturan Allah. Jaman
teknologi begini, bisalah pasang app
adzan di smartphone.
Kalau khawatir sama makanan yang tidak halal ya masak sendiri. Alhamdulillah, when there is a will, there is a way..
Puncaknya, ia bertemu dengan organisasi
muslimah Indonesia di Korea. Seminggu sekali mereka mengadakan pengajian
melalui...Skype! Yup, kesibukan tidak memungkinkan mereka untuk sering bertemu,
namun mereka masih mengusahakan untuk bertemu setidaknya sebulan sekali.
Barulah ketika bertemu mereka mengadakan pengajian ‘beneran’ *sekarang giliran
mata Lidya Eonni yang berkaca-kaca menceritakan betapa eratnya persahabatan
muslimah Indonesia di Korea*
Kisah lain dari perempuan yang selalu
terlihat ceria ini adalah tentang betapa hidup di Korea menjadikan ia bersyukur
menjadi muslimah. Banyak orang Korea disekitarnya yang bertanya apakah ia
selalu terlihat bahagia karena selalu sholat. Intinya adalah Lidya Eonni tiba
pada suatu sikap, bahwa semestinya dengan beragama hidup kita menjadi lebih
terarah, teratur, dan berarti bagi sesama.
Ada cerita ketika salah satu temannya
yang anak pengusaha baja curhat tentang hidupnya. Well, kaya raya tidak
menjamin kebahagiaan, terutama jika jiwa sudah terlanjur kosong. Maka dari itu,
Lidya Eonni merasa sangat bahagia menjadi seorang muslimah. Apalagi lahir dan
besar di Indonesia memudahkan kita menjalankan praktik agama Islam. Bisa
mendengarkan adzan yang merdu, bisa sholat berjamaah dengan mudah, pun makanan
halal ada dimana-mana.
Jadi sister, nikmat Allah yang mana lagi
yang kita dustakan?
Semoga cerita Lidya Eonni mampu menggugah
kita untuk makin rajin beribadah, amin :’)
0 komentar:
Post a Comment