Hai aku yang
berumur 4 tahun,
Senyum terus
deeeh~
Kayak yang
paling cantik di dunia aja *ditoyor mama*
Kamu dan aku
sudah banyak berbeda lho.
Meski rambut
kita sama-sama tipis, tapi panjang rambutku sudah sepunggung, dan insyaAllah
aku sedang berusaha untuk berhijab syar’i. Doakan aku bisa istiqomah ya.
Kulitku
akhir-akhir ini agak hitam, efek berangkat ke kantor tanpa sarung
tangan-masker-kaos kaki. Abis suka males, ribet gitu. Apalagi sekarang musim
hujan, aku lebih suka pakai sandal wedges ke kantor, hehe.
Tapi mata kita
sama-sama sipit, walau aku yang sekarang berkacamata. Minus empat sama lima, gatau ygg mana yang
kiri. Iyaaa, maaf ya aku ga jaga mata kita.. Jadinya harus kacamata-an deh :|
Sekarang, hidupku
agak lebih kacau daripada hidupmu. Kamu yang berusia 4 tahun cuma
menghadapi 1 hal: akan bersama siapa hari ini, mama atau ayah? Tanpa pernah
tahu apa yg sebenarnya terjadi, ya kan? Kamu masih ingat apa yg terjadi malam
itu di ruang makan? Aku...tidak ingat. Ada peristiwa-peristiwa yg berlalu sekilas
saja, lalu kabur, meninggalkan aku dalam keragu-raguan. Sebenarnya aku harus
percaya siapa?
Kamu ingat waktu kita membuat ‘prahara’ di TK: tiba-tiba
ayah datang dan menjemput kita secara paksa, entah karena memang rindu atau
egonya yg terluka. Mama yg kuat instingnya tiba-tiba muncul juga dan akhirnya
mereka berdua memperebutkan kita. Untung ada Bu Wati, wali kelas TK yg akhirnya
melerai kedua orang itu. ‘Mengerikan’ ya betapa mereka mencintai kita, hingga
menyakiti kita sedemikian hebat...
Setiap aku lihat
foto-fotomu, aku selalu merasa I don’t want to grow up. Di umurmu, hidup sudah
sangat melelahkan. Mama yg tidak mau kamu merasa kesepian mengisi tiap harimu
dengan les: piano, fashion show, menari, renang, dan kamu juga punya jam
membaca dan mendengar dongeng bahasa Inggris. Aku yg sekarang memang sedikit
banyak merasakan keuntungannya. Tapi andai kamu tahu, dua puluh tahun kemudian,
aku lebih merasa kesepian daripada dirimu. Semua orang di sekitar kita merasa
bahwa karena keadaan kita yg begini, kita dituntut untuk dewasa dan mandiri,
dan yg paling stressful, tidak ada toleransi untuk kesalahan sekecil apapun.
Aku harus sempurna. Dan justru itu yg membuatku makin sering jatuh dan gagal..
Tapi, sekitar
setahun yg lalu, aku mendapatkan hidayah. Iya, seperti
terlahir kembali sebagai muslimah. Gimana ceritanya? Itu panjang dan bukan
konsumsi surat cinta, hihi. Yang pasti sejak saat itu, aku merasa bahwa hidup
ini sedikit lebih mudah untuk dijalani. Selalu ada yg bisa disyukuri setiap
hari. Dan ketika dunia terasa begitu menyesakkan, aku menghirup napas
dalam-dalam dan membisikkan mantra pada diriku sendiri, “akhirat lebih kekal,
dunia ini terlalu hina untuk membuatku bersedih..”
Terima kasih ya untuk tetap bertahan dengan senyum
manismu, karena kamu, aku tetap ada saat ini..
Doakan aku bisa menjadi pribadi yg lebih baik di mata
Allah setiap harinya..
Doakan aku tetap
kuat dalam iman dan islam hingga khusnul khotimah..
Amin,
insyaAllah.
xoxo
The 24 years old
Primadita Rahma Ekida
*posting ini tanpa foto karena...takut semua jadi pada adore aku gitu deh, mwahahaha*
0 komentar:
Post a Comment