Assalamu’alaikum, Uti.
Semoga udah agak baikan ya..
Aku sedih banget lho denger Uti masuk rumah sakit lagi.
Pingin banget bisa disana nganter-jemput masuk dan keluar rumah sakit, nemenin konsultasi
ke dokter..
Seperti beberapa tahun lalu waktu aku nemenin Uti ke dokter
kulit dan ujung-ujungnya aku juga ikut periksain tato temporer aku yg ga
ilang-ilang *note: hati-hati ya teman-teman, kadang kita bisa aja ga cocok sama
tintanya tato temporer dan akhirnya ga bisa ilang, seperti saya* Untung ya Ti,
tatoku gambarnya kupu-kupu, bukan kalajengking. Masih agak imut gitu lhah. Hehe.
Uti, maaf ya hingga saat ini aku belum bisa mengabulkan
permintaan Uti yaitu memboyong suami ke rumah keluarga besar kita. Aku tahu
seorang ‘suami’ berarti sangat besar bagi kita semua. Aku, Uti, ayah, dan mama.
Ya, karena ini membuktikan bahwa…aku bisa bahagia.
Aku tahu bahwa Uti mengkhawatirkanku setiap saat, terlebih
karena aku bukan anak yang ‘normal’ dari segi latar belakang keluarga. Makanya
memiliki suami akan menjadi satu langkah besar bagiku karena artinya aku masih
percaya cinta dan arti sebuah keluarga. Meski ah…sampai sekarang aku belum
begitu memahami apa itu cinta dan apa gunanya pernikahan jika memang suatu saat
bisa ‘semudah itu’ berpisah..
Uti, jika suatu saat Uti meninggalkan aku, aku minta maaf
lagi karena hingga saat ini aku belum bisa memberikan apa-apa. Aku masih terus
saja berjanji..
“Uti, nanti kita jalan-jalan ya, aku yg nyetir”
“Uti, nanti kita umroh bareng ya, aku yg bayar”
“Uti, nanti kita makan-makan ya, aku yg traktir”
Nyatanya, ini sudah tahun 2013, dan Uti masih ngasih segepok
uang sangu buatku pulang dari Jogja ke Surabaya..
Tapi Uti, aku ingin Uti tahu, kalau Uti salah satu orang
paling penting di hidupku. Aku sering berpikir, kalau dulu Uti tidak kuat hati
menyekolahkan ayah dan adik-adiknya ke kota, mungkin juga aku sekarang masih
main-main di sawah. Atau mungkin di usia segini aku sudah punya anak tiga. Aku ingat
Uti pernah cerita bahwa Uti dicibir orang-orang kampung karena katanya ‘sok
kaya’, pake biayain anak kuliah segala, padahal Uti ‘cuma’ kepala sekolah SD di
kampung. Pingin rasanya nyulek mata orang yg ngomong gitu. Seenggaknya setelah
ayah bekerja, ayah memprakarsai peternakan ayam yg lumayan besar dan bisa
mempekerjakan beberapa orang di kampung. Alhamdulillah..
Uti, Alhamdulillah yg kedua adalah aku sekarang bisa lihat
Uti ngaji.. Karena dulu Uti pernah cerita kan, kalau akibat sudah tua, rasanya
mempelajari huruf Al-Qur’an sudah sangat susah.. Makanya Uti selalu bilang
bahwa aku ga boleh males ngaji, apa yg mau dibawa ke akhirat nanti..
Uti, ternyata udah panjang aja surat cintanya, padahal aku
masih pingin banyak cerita.. Kapan Uti tinggal di Surabaya? Sebentar saja,
seminggu atau dua minggu gitu.. Kalau bosan di rumahku nunggu aku pulang
kantor, bisa main sama Kinan, anak Bude Yekti. Rumahnya di seberang rumahku
lho.. Kalau Uti tinggal disini aku kan bisa minta dimasakin sambel goreng Uti
sama dadar jagung favoritku :9
Uti, kita sama-sama berdoa yah semoga Uti selalu dalam
lindungan Allah, jadi sewaktu-waktu Uti ‘dipanggil’, bisa khusnul khotimah
seperti harapan kita semua..
Selamat tidur Uti, besok siang aku telpon ya..
Salim tangan dan cium pipi,
Cucumu yg paling cantik dan pintar *ahseeek*
0 komentar:
Post a Comment