Di
sore hari yang cerah saat sedang berkumpul dengan beberapa sahabat, ada salah
satu yang nyeletuk “kok barangnya One Fifty ga banyak sih?” Saya tersenyum.
Konsep Made by Order (MBO) untuk butik terutama olshop sepertinya memang belum
umum ya. Jadi terpikir untuk sedikit share cerita tentang One Fifty…
Selepas
Hari Raya Idul Fitri tahun 2012, saya mulai galau. Saya ingin sekali memulai
berhijab syar’i, no jeans, no kerudung yang dililit, dan sebagainya – tapi desakan
hijab mode: ‘makin heboh makin bagus’ sedang membahana. Jujur, bagi saya, susah
sekali mencari baju muslim yang ‘biasa saja’ – tapi tentu saja juga ga kepingin
kelihatan ‘ibu-ibu’. Maunya banyak ya, hehe.
Belajar
dari adik saya, saya mulai mencari baju panjang yang tidak membentuk lekuk tubuh,
dan pilihan saya jatuh pada maxi dress yang sedang ngetren di olshop. Sekali
dua kali beli, oh ada masalah kecil. Kebanyakan dari baju yang saya
beli…kepanjangan. Yes, saya ‘cuma’ 154cm. Tapi ternyata ketika baju tersebut
saya berikan kepada adik saya yang tingginya sekitar 165cm bajunya…kependekan.
-_-
Selain
dari masalah panjang, tentu masalah ukuran menjadi concern saya. Postur tubuh
saya yang agak besar di pinggul ke bawah membuat baju yang dibeli tidak nyaman
dipakai. Kalau adik saya masalahnya di bahunya yang lebar. Otomatis baju-baju tersebut
berakhir manis di lemari.
Lalu
ada masalah harga. Sudah menjadi rahasia umum kalau olshop melewati beberapa
‘tangan’ untuk sampai ke tangan customer, dan tentu saja ini mempengaruhi
harganya. Harga yang kita bayarkan tersebut, bisa jadi sebenarnya harganya cuma
separuhnya kalau kita beli dari tangan pertama atau kedua.
Jika
harga tidak menjadi masalah, maka kuantitas tentu menjadi pertimbangan. Semakin
ngetren, maka semakin banyak orang yang berjualan produk tersebut. Saya pribadi
pernah ditawari baju yang persis sama oleh EMPAT orang teman berbeda, yang beda
hanya harganya :)))
Terakhir,
kualitas dan penggunaan. Saya pribadi bukan orang yang sangat suka belanja;
saya lebih suka membeli beberapa produk sekaligus. Jadi, saya berharap ketika
saya membeli suatu barang, saya melihat nilai investasinya. Berapa lama barang
ini awet saya pakai? Bukan hanya ‘mahal sedikit yang penting awet’, tapi
disesuaikan lagi dengan motif, model dan lain-lain; saya pingin every piece in
my closet is timeless. Dan hal ini, butuh kualitas.
Tentu
teman-teman sudah terpikirkan apa solusinya. Betul, membuat baju ke penjahit.
Dengan demikian, saya bisa mendapatkan sehelai baju yang benar-benar sesuai
dengan keinginan saya. Dari motif kain, model, kualitas, dan tentu saja ukuran
yang cocok di hati.
Ketika
gamis pertama saya sedang di proses penjahitan, saya bertemu dengan seorang
teman yang akhirnya jadi partner saya, Titasya. Di mata saya, dia lebih ngerti fashion. Terbukti, dia lebih dulu punya
olshop dan saya sering beli baju di dia. Saya lupa gimana cerita
lengkapnya, tapi akhirnya tercetuslah ide membuat One Fifty Hijab Style.
Sebuah brand busana muslimah yang memungkinkan customer untuk memilih model dan motif baju lalu dibuatkan produknya sesuai ukuran customer. Harganya terjangkau, dan prosesnya relatif cepat. Hanya 7-10 hari untuk produksi.
One
Fifty tercipta dengan harapan, muslimah bisa mewujudkan impian untuk memiliki
baju muslim syar’i yang cocok di badan dan nyaman di hati. Bonusnya, puas di harga dan kualitas ;)
Tak butuh lama kami share ide ini kepada
orang tua, dan saat terkendala dana, pertolongan Allah datang lewat kedua
sahabat kami yang siap menjadi investor. Akhir September ide ini
dimatangkan, dan kemudian pada bulan Oktober kami kerja keras di akhir minggu
untuk mewujudkan One Fifty.
Selepas
launching di bulan November, tiba-tiba saja mata kami lebih terbuka. Begitu
banyak muslimah di luar sana
yang juga ingin belajar untuk berhijab syar’i tapi malu bertanya dan tidak tahu
harus memulai dari mana. Maka impian kami melonjak, One Fifty ada dengan
harapan, muslimah tahu harus kemana ketika berpikir tentang ‘hijab syar’i’.
Kami
sadar bahwa yang kami punya saat ini sepertinya hanya mimpi; tapi jika mimpi
ini bisa menjadi sarana dakwah kami, semoga Allah selalu memberikan jalan.
Amin.
Love,
Prima
0 komentar:
Post a Comment